panelarrow

saya bukan blogger handal,jadi salah saya dalam menulis atau apapun mohon di maklumi :)) thanks

Sabtu, 31 Oktober 2015

Pasar Kebon Roek Ampenan

     Pasar yang terletak di Jln.Adi Sucipto Ampenan ini adalah salah satu sumber penghasilan terbesar masyarakat Ampenan untuk menghidupi keluarganya,selain bekerja sebagai nelayan,guru,di perkantoran dll masyarakat Ampenan kebanyakan berjualan atau berdagang di Pasar Kebon Roek ini.
   Awalnya, pasar yang didirikan pada tahun 1990 ini merupakan pecahan dari pasar ACC (atau yang sering orang sebut pasar Barata)  yang telah lebih dulu berdiri. Lokasi yang strategis, membuat pasar ini cepat berkembang.Perkembangan sedikit terhenti ketika pada tahun 1999, pasar mengalami musibah kebakaran karena arus pendek.Tak hanya sekali saja,Pasar ini kembali terbakar di tahun 2005 akibatnya kondisi ekonomi masyarakat saat itu agak menurun,tapi kemudian tidak lama setelah itu para pedagang yang berjualan di situ pindah ke pinggiran jalan di sebelah pasar.
Tak ayal kemacetan parah pun terjadi di Jln.Adi Sucipto yang kala itu adalah akses vital menuju bandara Selaparang (Bandara yang di gunakan sebelum ada BIL).Kemudian pemerintah menyewakan lahan di depan pasar  untuk para pedagang yang berjualan guna mengurangi kemacetan parah sembari menunggu proses renovasi selesai.

     Hingga di tahun 2007 pasar ini baru bisa di operasikan pasca kebakaran,Kini Pasar Kebon Roek ini menjadi pasar yang modern dengan 3lantai untuk menampung ribuan pedagang di dalamnya.
Berbagai kebutuhan pokok sandang ataupun pangan di jual di pasar ini.



     Uniknya Pasar Kebon Roek ini tidak seperti pasar - pasar lainnya yang cenderung nutup lebih awal ataupun berhentinya kegiatan penjualan di siang atau sore hari,di pasar Kebon Roek ini orang - orang akan berhenti berjualan ketika sudah petang atau matahari sudah tenggelam,jadi untuk ibu - ibu yang tidak sempat untuk ke pasar pada waktu pagi atau siang hari bisa ke Pasar kebon Roek ini di Sore hari sebelum maghrib.

    Selain itu untuk menjangkau pasar ini sangatlah mudah,tempatnya yang strategis dan juga banyaknya kendaraan umum yang menuju ke pasar ini memudahkan anda untuk pergi berbelanja.Tak hanya itu cikar (dokar,delman,andong) juga bisa mengantarkan anda ke tempat ini dengan biaya yang murah.

     Tidak hanya masyarakat Ampenan yang berjualan di pasar ini,para penjual dari daerah lain juga berjualan di pasar ini ketika minat masyarakat untuk membeli sedang tinggi (ketika puasa,sebelum lebaran dan hari - hari besar lainnya yang membutuhkan banyak keprluan untuk di konsumsi).Dan juga pembeli di pasar ini sering kali adalah wisatawan mancanegara yang berkunjung kesini untuk sekedar berfoto,melihat aktifitas masyarakat yang sedang berjualan dan juga membeli beberapa kebutuhan pokok mereka yg di butuhkan.


@arif_wepee
makasih udah baca.
Best Regards 
Arif we pee :))




Rabu, 14 Oktober 2015

Kain tenun khas Lombok

    Sekarang ini pusat pengrajin kain songket adalah desa Sukarara. Lokasinya terletak tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok,kurang lebih waktu tempuh perjalanan sekitar 20 menit dari Bandara atau sekitar 40 menit dari pusat Kota Mataram. Desa ini sangat menarik untuk dikunjungi karena kegiatan sehari-hari masyarakat di desa ini adalah menenun. Para penduduk Sukarara, terutama para perempuan memang wajib belajar menenun sejak usia kanak-kanak. Budaya tenun ini diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka. Kewajiban perempuan Desa Sukarara bisa menenun menjadi aturan yang masih berlaku hingga sekarang ini. Bahkan perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh menikah. Namun bila perempuan Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi berani menikah bisa terkena denda. Dendanya berupa uang, padi, atau beras. Aturan soal tenun ini tidak berlaku bagi kaum lelaki, meski ada pula lelaki yang bekerja sebagai penenun kain ikat.

  Kain songket adalah kain tenunan yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan, hiasan dibuat dengan menyisipkan benang perak.
Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, perempuan masih mengikuti aturan adat bahwa mereka baru diperbolehkan menikah jika sudah pandai menenun. Mereka disyaratkan untuk menenun setidaknya satu helai kain yang nanti akan diberikan kepada calon suami, seperti diungkapkan Lale Mainah (67) yang menenun sejak usia 12 tahun. Ia membuat dua lembar kain untuk calon suami dan dirinya sendiri.


   


                                                         (foto via google image)



     Namun, tak semua perempuan Sasak memegang teguh adat ini. Perempuan di Desa Ungga, Lombok Tengah, sudah tidak terlalu terikat dengan adat ini. Meski demikian, belajar menenun sudah menjadi kebiasaan di Lombok yang dimulai sejak anak perempuan berusia belasan tahun. Apalagi kemudian terasa manfaatnya, keterampilan menenun bisa dijadikan jawaban memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga meski tidak semua menjadikannya sebagai mata pencaharian utamannya.

:p :p 

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Unordered List

Copyright © TENTANG LOMBOK | Powered by Blogger
Design by AnarielDesign | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com